LPCR.OR.ID – Cilacap – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan Aisyiyah (PRA) Tritih Wetan, Jeruklegi, Cilacap, menyelenggarakan kajian bulanan sekaligus menyambut Ramadan bersama jamaah warga Muhammadiyah setempat dan sekitarnya. Kegiatan ini dilaksanakan pada Ahad pagi, 9 Januari 2025, di halaman Musala Ibrahim Tritih Wetan. Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum PRM Tritih Wetan H. Slamet Supoyo, S.IP.; Ketua Umum Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Jeruklegi H. Sudarno, S.Ag.; Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Cilacap H. Kuswan Hassan, S.E., S.T.; serta Penjabat (Pj.) Kepala Desa Tritih Wetan Syihab Alfaritsi, S.Sos., M.A.P.
Sebagai pembicara utama, Ustadz Drs. H. Ahmad Kifni, Wakil Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), menyampaikan sejumlah poin penting terkait keutamaan puasa Ramadan. Ahmad Kifni menekankan bahwa puasa Ramadan membentuk nilai ketakwaan. “Puasa selama 14 jam membutuhkan kesabaran dan komitmen, yang merupakan proses pembentukan takwa,” paparnya.
Kedua, puasa Ramadan berfungsi sebagai pelebur dosa. Ahmad Kifni mengutip hadis: “Ghufirolahu maa Taqoddama Min Zambih” (Diampuni dosa-dosa yang telah lalu). “Hadis ini memiliki sanad dan periwayat yang kuat, sehingga keutamaannya tak diragukan,” jelasnya.
Mengenai Salat Tarawih, Ahmad Kifni menjelaskan perbedaan jumlah rakaat. “Muhammadiyah memilih 11 rakaat berdasarkan riwayat Aisyah, istri Nabi Muhammad Salallahu Allaihi Wasallam. Sementara 23 rakaat berasal dari praktik Khalifah ke-8 di Madinah. Keduanya sah, tetapi Muhammadiyah menetapkan 11 rakaat sebagai pilihan utama. Jamaah bebas memilih sesuai keyakinan,” tegasnya.
Terkait niat puasa, Ahmad Kifni menegaskan bahwa pengucapan “nawaitu soumaghodin” hanyalah bentuk penguatan hati. “Niat adalah kesungguhan hati yang diikuti tindakan. Tidak perlu memperdebatkan pelafalannya, karena itu adalah pilihan personal,” tambahnya.
Pada momen Lailatul Qadar, Ahmad Kifni menganjurkan doa: “Allahuma Innaka Afuwwun Tuhibbul Afwa Fa’fuanni” (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf, berikanlah ampunan kepadaku). “Ini adalah permohonan utama, bukan sekadar permintaan duniawi seperti rezeki atau kesehatan,” ujarnya.
Ahmad Kifni juga menyoroti puasa sebagai sarana pendidikan karakter bagi anak. “Puasa melatih daya juang. Masjid harus ramah terhadap anak dan remaja. Lebih baik mereka ramai di masjid daripada di lapangan, karena di sini mereka mudah dibimbing,” tutupnya.
Kegiatan ditutup dengan doa bersama, dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak jamaah di Desa Tritih Wetan dan sekitarnya pada Ramadan mendatang.
Kontributor: Hanif Amrin Rasyada