Sidoarjo, lpcr.or.id – Suasana hangat dan penuh semangat tampak di Pendopo Kabupaten Sidoarjo pada Sabtu (11 Oktober 2025) sore saat berlangsungnya Pengajian Malam Ahad Pahing yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bekerja sama dengan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Sidoarjo.
Pengajian ini menghadirkan H. M. Jamaludin Ahmad, S.Psi., Psikolog, selaku Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) PP Muhammadiyah, sebagai penceramah utama dengan tema besar Transformasi Ideologi Pancasila dan Nilai Gerakan Muhammadiyah/‘Aisyiyah untuk Masyarakat dan Keumatan.
Sinergi Pemerintah dan Aisyiyah dalam Penguatan Ideologi Bangsa
Kegiatan yang turut dihadiri oleh Bupati Sidoarjo H. Subandi, S.H., M.M. dan Wakil Bupati Hj. Mimik Idayana ini menjadi momentum penting sinergi antara pemerintah daerah dan gerakan perempuan Muhammadiyah dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan berbasis keislaman. Melalui forum pengajian ini, LPCRPM PP Muhammadiyah menegaskan komitmen untuk terus mendorong internalisasi nilai-nilai Pancasila yang selaras dengan ajaran Islam.
Dalam tausiyahnya, Jamaludin Ahmad menegaskan bahwa Pancasila merupakan salah satu hadiah terbaik umat Islam untuk Indonesia, karena mayoritas perumusnya berasal dari kalangan ulama dan tokoh Islam, termasuk para tokoh Muhammadiyah seperti K.H. Mas Mansur, Ki Bagus Hadikusumo, dan Prof. K.H. AR Fahrudin, serta tokoh nasionalis seperti Ir. Soekarno yang juga memiliki keterkaitan erat dengan Muhammadiyah.
“Ki Bagus Hadikusumo adalah perumus utama Pancasila yang dengan lapang dada merelakan tujuh kata dalam Piagam Jakarta diganti dengan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga Pancasila dapat diterima oleh semua golongan,” tutur Jamaludin dalam pengajian tersebut
Ia menambahkan bahwa semangat ketuhanan dalam sila pertama menjadi dasar utama bagi lahirnya kemanusiaan yang adil dan beradab.
“Hanya orang yang berketuhanan yang mampu bersikap manusiawi. Orang yang bertauhid akan berbuat adil karena sadar bahwa dirinya makhluk, bukan Tuhan,” tegasnya.
Transformasi Nilai dan Peran Muhammadiyah dalam Pendidikan
Lebih lanjut, Jamaludin menjelaskan bahwa sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah berperan aktif membangun negeri melalui amal usaha pendidikan dan kesehatan jauh sebelum Indonesia merdeka.
“Muhammadiyah sudah berdiri 113 tahun, lebih tua dari Republik Indonesia. Saat negeri ini masih dijajah, Muhammadiyah telah mendirikan sekolah dan rumah sakit seperti PKU Yogyakarta (1923) dan PKU Surabaya (1924),” ujarnya penuh semangat
Ia juga menyoroti kontribusi besar ‘Aisyiyah yang mendirikan TK ABA (‘Aisyiyah Busthanul Athfal), taman kanak-kanak pertama berbasis Islam yang menanamkan nilai-nilai keimanan dan kebangsaan sejak dini.
“Sekolah yang disebut taman itu harus menjadi tempat yang membahagiakan bagi guru dan murid, bukan sumber stres,” ucapnya sambil menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang menggembirakan dan membentuk karakter Pancasila.
Jamaludin juga mengingatkan bahwa inovasi pendidikan Muhammadiyah tidak berhenti di situ. Ia menyinggung tokoh seperti K.H. As‘ad Umar, penemu metode Iqra’, dan K.H. Yunus Anis yang memperkuat dakwah literasi Al-Qur’an di seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai keislaman dapat ditransformasikan secara nyata dalam bidang pendidikan dan sosial.
Ajakan Bersyukur dan Memakmurkan Masjid
Dalam sesi akhir pengajian, Jamaludin mengajak seluruh jamaah, khususnya ibu-ibu ‘Aisyiyah, untuk menanamkan rasa syukur dan memperkuat iman dalam kehidupan berbangsa dan beragama.
“Kalau saya bilang Ahad Pahing, jawabannya harus tambah gede roso syukur e! Karena dengan bersyukur kita mudah jadi orang baik,” katanya yang disambut tawa dan semangat jamaah
Ia juga menekankan pentingnya menjaga keimanan sebagai penjaga kehidupan keluarga dan bangsa.
“Iman dijaga supaya iman menjaga hidup kita, anak-anak kita, dan negara kita,” pesannya.
Sebagai penutup, Ketua LPCRPM PP Muhammadiyah itu mengajak jamaah untuk kembali memakmurkan masjid sebagai pusat spiritual dan sosial umat. Berdasarkan hasil penelitiannya terhadap lebih dari seribu masjid di Indonesia, rata-rata jamaah shalat hanya berjumlah tiga puluh orang. Karena itu, ia mengimbau agar keluarga muslim, terutama ibu-ibu ‘Aisyiyah, turut aktif mengajak anak-anak dan suami beribadah berjamaah di masjid.
“Salah satu tanda keberhasilan pengajian ini adalah besok subuh jamaahnya bertambah,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Acara pengajian yang berlangsung hingga malam hari ini ditutup dengan doa bersama untuk bangsa dan Palestina, menegaskan sikap tegas Muhammadiyah yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina.
Melalui kegiatan ini, LPCRPM PP Muhammadiyah menegaskan kembali perannya dalam memperkuat ideologi Pancasila berbasis nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin serta memperkokoh sinergi antara pemerintah, ‘Aisyiyah, dan masyarakat menuju kehidupan berbangsa yang berkeadaban dan berketuhanan.
Penulis: Akhmad Hasbul Wafi