Oleh: Sofriyanto (Anggota LPCRPM PP Muhammadiyah)
LPCR.OR.ID – Mengikuti proses penjurian Seleksi Ranting Unggulan dalam tahapan Cabang Ranting Masjid (CRM) Award ke-VI yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2025 adalah pengalaman yang sungguh berharga dan menggugah jiwa. Sebagai salah satu juri kategori Ranting Unggulan, saya berkesempatan menyimak paparan langsung dari berbagai Ranting Muhammadiyah di seluruh Indonesia yang sudah diseleksi di tingkat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), dari barat hingga timur, dari ranting di perkotaan yang padat penduduk hingga di pegunungan yang sunyi, yang berwarga mayoritas hingga di daerah minoritas. Setiap Ranting datang membawa cerita, semangat, dan cita-cita masing-masing dengan tujuan yang sama: menghidupkan ruh dakwah dan tajdid Muhammadiyah di tengah masyarakat, sesuai kondisi sosiologis dan potensi lokal masing-masing.

Pada Seleksi Nominasi Ranting Unggulan etape pertama di Kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) pada 3 Oktober 2025 untuk Jawa bagian Barat, saya menyaksikan semangat yang luar biasa dari ranting-ranting di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Meski berasal dari wilayah yang relatif dekat, karakter dan dinamika masing-masing ranting sangat beragam. Ada ranting di jantung kota yang menghadapi tantangan modernitas dan individualisme masyarakat urban, serta ranting di pesisir dan daerah pinggiran yang dengan penuh kesungguhan menggerakkan dakwah sosial berbasis pelayanan masyarakat.
Memasuki Seleksi Nominasi Ranting Unggulan etape kedua yang diselenggarakan secara daring pada 8 Oktober 2025, saya dibuat kagum oleh ranting-ranting dari luar Jawa. Melalui layar komputer, saya seakan diajak berkeliling nusantara menyapa ranting dan melihat wajah-wajah bersinar dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Walau bertemu melalui layar, semangat para peserta dari luar Jawa seolah menembus batas ruang dan sinyal. Di balik keterbatasan sinyal dan fasilitas, terpancar ketulusan dan daya juang yang luar biasa. Ada ranting yang berjuang di tengah minoritas umat, ada pula yang berdiri di daerah terpencil dengan medan sulit, namun tetap teguh menegakkan panji dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Namun, kesan mendalam tertinggal saat Seleksi Nominasi Ranting Unggulan etape ketiga di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Suasana penjurian terasa hidup dan menggembirakan. Para utusan ranting hadir dengan penuh kebanggaan, sebagian mengenakan seragam serasi, menampilkan gaya komunikasi yang memikat, dan menyuguhkan presentasi yang sistematis sekaligus menggugah. Tidak hanya itu, banyak ranting datang dengan rombongan pendukung atau “suporter” dari ibu-ibu Aisyiyah, pemuda-pemudi dari AMM lengkap dengan tim media dan dokumentasi yang ikut mengawal dan memberi semangat. Di tengah kesibukan dan perjuangan masing-masing, mereka hadir dengan wajah-wajah cerah, gembira, penuh cinta kepada Muhammadiyah.

Dalam pembukaan yang dihadiri oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Drs. H. A. Dahlan Rais, M.Hum., ruang Abu Bakar as-Shidiq di lantai 5 Fakultas Kedokteran UMS tidak cukup menampung peserta. Dari 300 kursi yang tersedia, banyak peserta/suporter tidak kebagian dan duduk lesehan di belakang, bahkan banyak yang mengikuti pembukaan dari luar. Suasana meriah tampak dari salat Subuh di Masjid Mas Mansur Kompleks Fakultas Kedokteran dan Pesantren Mas Mansur UMS.
Banyak peserta dari luar Surakarta transit di Masjid Mas Mansur dan menikmati sarapan pagi yang disediakan oleh Panitia UMS. Di pelataran, terlihat rombongan Ranting datang dengan bus, sebagian membawa mobil berlabel Muhammadiyah. Ada yang mengenakan seragam batik khas Muhammadiyah, seragam LPCRPM, atau seragam lainnya khas masing-masing dengan lambang organisasi. Semua hadir dengan kebanggaan, kegembiraan, dan kehangatan. Suasana itu membuat saya merasa seperti berada di satu keluarga besar, keluarga Muhammadiyah yang hidup dan berjuang bersama dengan bergembira.
Saya menyaksikan langsung bagaimana gerakan di level ranting sejatinya adalah denyut nadi kehidupan Muhammadiyah. Di sanalah semangat keikhlasan, kebersamaan, dan pengabdian benar-benar hidup. Ranting bukan sekadar struktur organisasi; ia adalah napas umat dan Muhammadiyah, tempat kader tumbuh, masyarakat berdaya, dan nilai-nilai Islam yang menjadi tujuan Muhammadiyah bertransformasi menjadi amal nyata.
Dari setiap paparan ranting, saya belajar bahwa dakwah Muhammadiyah tidak hanya berjalan di panggung besar, tetapi juga di jalan-jalan kecil dan musala kampung, sekolah sederhana, dan kegiatan tani, sosial, dan kemanusiaan berkembang dari keikhlasan dengan wajah penuh kesederhanaan dan kegembiraan.
Mereka datang dengan semangat, data, dan kisah perjuangan nyata. Ada yang bercerita tentang dakwah di tengah hiruk-pikuk ibu kota, menembus gaya hidup modern yang sering kali abai terhadap nilai-nilai agama. Ada pula ranting di pedesaan dan lereng pegunungan yang dengan sederhana tapi penuh ketulusan membangun kegiatan sosial, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi warga.
Sebagai juri, saya tidak hanya menilai paparan data dan program dalam bentuk powerpoint dan video singkat profil ranting, sebagaimana portofolio dan dokumen penunjang LPCRPM Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Saya merasa dinilai, diuji rasa syukur dan kebanggaan terhadap perjuangan saudara-saudara saya di ranting-ranting jauh. Betapa luas dan beragam wajah Muhammadiyah di tingkat ranting. Ada yang menghadapi tantangan pluralitas masyarakat perkotaan dan pula yang menegakkan syiar Islam di daerah dengan akses terbatas. Di tengah paparan mereka, saya sering menahan napas kagum dan haru. Perasaan itu terkadang membuat saya memberikan jatah bertanya kepada audiens dari ranting lain yang ingin mendalami paparan.
Menyaksikan semangat mereka di UMS, dengan sorak dukungan, tawa, dan doa dari para pengiring, saya merasakan satu hal: Muhammadiyah tidak akan pernah kehabisan energi untuk tumbuh dan menjadi tangguh. Energi itu hidup di ranting, di tangan-tangan ikhlas para kader yang bekerja tanpa pamrih, di tengah keterbatasan namun penuh kebermaknaan dan kegembiraan dalam ber-Muhammadiyah di ranting.
Menjadi juri dalam Seleksi Nominasi Ranting dalam ajang Cabang Ranting Masjid (CRM) Award ke-VI Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2025 adalah pengalaman yang tak terlupakan. Bukan sekadar tugas menilai, tetapi ini sebuah perjalanan batin menyusuri denyut kehidupan ranting-ranting Muhammadiyah dari berbagai penjuru negeri. Dalam setiap presentasi, saya menemukan inspirasi baru: tentang dakwah yang tumbuh dari kesederhanaan, kader yang berjuang tanpa pamrih, dan semangat ikhlas yang abadi.
Semoga pengalaman berharga ini semakin meneguhkan keyakinan kita semua, bahwa masa depan Muhammadiyah ada di ranting. Selama ranting hidup, maka ruh dakwah Muhammadiyah akan tetap menyala menerangi Indonesia dengan amal saleh dan ketulusan.