Oleh: Baskoro Tri Caroko, LPCRPM PP Muhammadiyah, Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Seni & Budaya.
Orang beriman yakin bahwa setelah kehidupan fana di dunia ini, manusia bakal menjalani kehidupan akherat yang abadi, bisa di syurga atau di neraka. Kita pasti berharap tinggal di syurga, masalahnya untuk mendapatkan kesempatan hidup di syurga tidak mudah, bahkan andai saja seorang ahli ibadah mampu full 24 jam/ hari, beribadah dengan sempurna, dilakukan terus menerus selama hidupnya, tetap tidak cukup menebus agar bisa bemukim di syurga. Karena orang beriman bisa di syurga itu adalah berkat rahmat (karunia khusus, barokah, kemurahan, belas kasihan, kelembutan, simpati, ampunan, lemah lembut, kasih sayang, dan kebaikan) dari Allah SWT.
Sementara rahmat Allah SWT merupakan karunia yang diberikan kepada hamba-Nya yang tekun dan tulus dalam beribadah serta berbuat baik kepada sesama.
Padahal manusia banyak tingkah, malas beribadah dan enggan berbuat baik pada sesama, maka Allah menciptakan bulan Ramadhan dengan menyandera semua faktor penghambatnya, menciptakan suasana yang kondusif untuk beribadah serta berbuat baik pada sesama dengan tekun dan tulus. Dan menyeru pada orang beriman untuk berpuasa dibulan suci Ramadhan ( QS Al Baqarah ayat 183 , agar menjadi orang yang bertaqwa. Dan berkat rahmat Allah SWT, agar orang beriman berhasil mencapai derajat tertinggi menjadi orang bertaqwa dan mendapatkan jaminan selamat dunia akherat.
Sehingga kehadiran bulan Ramadhan menjadi sangat dirindukan, kapan tanggal 1 Ramadhan itu selalu menjadi perbincangan dikalangan umat muslim dimanapun berada. Termasuk pada salah satu group WA yang saya ikuti. Karena ada yang berbagi pendapat kapan 1 ramadhan, yang diawali narasi pribadi dengan mengedepankan perbedaan membandingkan versi menurut NU atau Muhammadiyah.
Bagi saya cara menyampaikan informasi seperti itu sangat berbahaya, menggiring pembaca pada opini yang salah, menciptakan persepsi yang tidak benar dan menyesatkan, menutupi permasalahan yang sebenarnya, dan berpotensi menimbulkan benturan di masyarakat serta memecah belah umat Islam.
Dengan memaknai QS Al Ashr saya kemudian mendebatnya, bahwa narasi itu salah, dengan argumen bahwa sebenarnya tidak ada penentuan awal Ramadhan versi NU atau versi Muhammadiyah. Narasi yang benar adalah, berdasarkan Qur’an dan Hadist penentuan 1 Ramadhan ada 2 metode ;
- Rukyatul Hilal, berdasarkan pada penglihatan dan pengamatan bulan secara langsung.
- Hisab Wujudul Hilal, berdasarkan perhitungan dengan ilmu astronomis.
Keduanya adalah syah dan benar, sebagai dasar menentukan kapan bisa mulai menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. Allah SWT adalah Tuhan Yang menciptakan Alam Semesta Jagat Raya ini, dan kedua metode tersebut bukan bikinan NU atau Muhammadiyah. Kedua metode tersebut (Rukyatul Hilal Dan Hisab Wujudul Hilal) adalah 2 cara ciptaan Allah SWT, untuk dipelajari, memudahkan penentuan kapan mulai melakukan ibadah di bulan Ramadhan, dalam kondisi apapun (meskipun bumi nanti semakin tua dan renta, banyak terjadi perubahan cuaca, iklim dan kerusakan alam lainnya akibat perilaku manusia) agar sebagai orang beriman tetap mendapatkan kemudahan mendapat kesempatan emas, peluang bulan terbaik agar menjadi orang bertaqwa, karena hakekatnya ilmu itu berasal dari Allah SWT, Allah dzat Yang Maha Tahu dan Yang Maha Sempurna.
Sumber gambar: Unsplash