LPCR.OR.ID – SEMARANG – Konsep Masjid Unggulan Muhammadiyah di Kota Semarang kini memasuki babak baru dengan menetapkan fasilitas ramah anak dan akses difabel sebagai syarat utama standarisasi masjid berkemajuan. Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang merancang langkah ini agar masjid tidak hanya berdiri sebagai bangunan fisik yang sunyi, melainkan tumbuh menjadi pusat solusi inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Visi ini disampaikan saat para pengurus masjid berkumpul dalam agenda pendataan dan pembinaan di Aula PDM Kota Semarang, pada Ahad, 28 Desember 2025. Langkah ini diambil untuk memastikan masjid hadir sebagai ruang publik yang nyaman dan fungsional bagi kelompok rentan.
Ketua Lembaga Pengembangan Masjid dan Mushola (LPMM) PDM Kota Semarang, Dr. Suwardi, menegaskan bahwa takmir masjid memegang peran kunci dalam transformasi ini. “Apapun masalahnya, masjid solusinya. Pesan ini bermakna bahwa masjid bukan hanya bangunan fisik, tetapi juga tempat yang ramah anak dan masyarakat umum,” ungkap Suwardi saat memotivasi para pengurus.
Mengejar 16 Indikator Manajemen Masjid Modern
Untuk mencapai status Masjid Unggulan, para pengelola masjid kini bertanggung jawab memenuhi 16 indikator standar. Indikator ini mencakup legalitas hukum sertifikasi Muhammadiyah, pengelolaan lingkungan yang asri, hingga kemampuan takmir dalam menggerakkan potensi remaja secara produktif.
Wakil Ketua PDM Kota Semarang, Drs. H. Danusiri, M.Ag., memberikan apresiasi tinggi terhadap komitmen perubahan ini. Ia mendorong pengurus masjid untuk segera membentuk Badan Eksekutif Masjid (BEM) guna mempercepat proses transformasi dari pola lama menuju sistem yang lebih terukur.
“Kami berharap semua pengurus masjid dapat bermetamorfosis dari pola tradisional menjadi manajemen modern berkemajuan. Kita harus terus meng-upgrade ghiroh ini melalui manajemen yang komprehensif agar kriteria masjid yang makmur dan memakmurkan jemaah benar-benar terwujud,” tegas Danusiri.
Transformasi Dakwah Digital dan Strategi Branding
Selain membenahi aspek fisik dan manajerial, PDM Kota Semarang juga mewajibkan masjid binaannya menguasai teknologi informasi. Perwakilan Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PDM Kota Semarang, Rizqi Aulia, mengingatkan bahwa masjid di era sekarang harus membangun strategi branding yang kuat di dunia maya.
Rizqi menyoroti pentingnya pembentukan tim publikasi agar masyarakat dapat mengetahui setiap agenda dan manfaat masjid melalui media sosial atau laman resmi organisasi. Penguasaan dakwah digital diyakini menjadi magnet efektif untuk menarik minat jemaah lintas generasi.
“Takmir harus membranding masjid agar masyarakat mengenalnya secara luas. Salah satunya melalui pembuatan konten menarik yang mengundang rasa penasaran orang untuk datang dan mengenal masjid lebih dalam sebagai pusat solusi mereka,” jelas Rizqi.
Melalui pendataan dan pembinaan rutin ini, PDM Kota Semarang optimis seluruh 32 masjid Muhammadiyah di Semarang bisa segera “naik kelas”. Dengan demikian, masjid diharapkan menjadi pusat solusi inklusif yang makmur dan mampu memakmurkan jemaah secara luas dan berkelanjutan.
Kontributor: Agung S. Bakti
Pemimpin Redaksi media muhammadiyahsemarangkota.org sekaligus Koordinator Divisi Media Center MPI PDM Kota Semarang. Berpengalaman 25 tahun di dunia media dan kehumasan (eks editor suaramerdeka.com, bersertifikasi wartawan utama Dewan Pers) dan alumnus program IVLP Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dalam bidang jurnalisitik investigasi. Sehari-hari bekerja sebagai konsultan IT dan media, dan saat ini ditugaskan persyarikatan mengelola media dan kehumasan khususnya fungsi media relation PDM Kota Semarang.
