Oleh: Dodi Afianto
LPCR.OR.ID – Saya merasa sangat bersyukur dapat mengikuti Akademi Marbot Masjid Muhammadiyah (AM3) Batch 3 yang diadakan oleh Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR PM) PP Muhammadiyah. AM3 adalah program pelatihan yang bertujuan meningkatkan kualitas pengelolaan masjid melalui pembekalan pengetahuan dan keterampilan kepada para pengurus masjid Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Acara ini berlangsung di Masjid Raya al Falah, Kabupaten Sragen pada tanggal, 9-13 Desember 2024. Dan, saya merupakan salah satu dari 65 peserta yang hadir. Peserta berasal dari 11 masjid di 5 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM). Kami semua adalah pengurus dan pejuang masjid dari berbagai wilayah Indonesia.
Saya bersama tim yang terdiri dari 5 orang, mengikuti kegiatan ini sebagai perwakilan dari tim Takmir Masjid UMS sekaligus Takmir Masjid KH Mas Mansur Pesma UMS. . Dalam satu tim, masing-masing dari kami memiliki potensi dalam bidang manajer umum, keimaman, fundraising, dan media kreatif.
Pengalaman ini sangat berharga bagi kami karena dapat berbagi dan diskusi pengetahuan, pengalaman dan inspirasi dengan sesama takmir dan pejuang masjid, yang didominasi anak muda usia 18-35 tahun. AM3 menjadi wadah dan ajang silaturahmi untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan manajemen masjid dalam mengembangkan fungsi masjid makmur memakmurkan serta profesional.
Alur pelaksanaan AM3 batch 3 dimulai dari; 1. Pemilihan delegasi. Setiap masjid mengirim delegasi sebanyak 5 orang yang terdiri dari satu person sebagai pemangku kebijakan dan empat person sebagai calon Pegawai Negeri Salallahu ‘alaihi wassalam (PNS) atau staff. 2.Pendaftaran. Pendaftaran dengan mengisi formulir via link yang disediakan panitia. 3. Kelas online. Delegasi mengikuti kelas online sebagai persiapan sebelum mengikuti kelas offline di Masjid Raya Al Falah, Kabupaten Sragen. 4. Kelas offline dan praktikum. Delegasi mengikuti kelas offline dan praktikum selama 7 hari.
Bersama memakmurkan masjid, membangun cinta
اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَۗ فَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kecuali) kepada Allah. Maka merekalah yang diharapkan termasuk golongan yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah ayat 18).
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang memakmurkan masjid memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Pertama; Beriman kepada Allah dan hari akhir (mereka memiliki keyakinan yang kuat terhadap keberadaan Allah dan hari akhir), kedua; Mendirikan shalat tepat waktu (mereka menjalankan shalat lima waktu dengan tepat dan istiqomah), ketiga; Menunaikan zakat (mereka membantu fakir miskin dan menunaikan kewajiban sosial), keempat; Tidak takut kecuali kepada Allah (mereka hanya takut kepada Allah dan tidak gentar menghadapi tantangan).
Pengelolaan masjid membutuhkan kreativitas dan inovasi untuk menciptakan solusi baru serta perubahan positif. Dengan hati dan pemikiran terbuka, sehingga gagasan dan praktiknya bisa melampaui hal-hal yang sudah biasa. Bahasa sederhanannya, kita harus berani berpikir dan bertindak dengan sudut pandang lain yang lebih luas, jangan takut untuk berbeda, karena perbedaan itu yang membangun kemajuan.
Emas berharga karena ‘karatnya’, namun masjid jauh lebih berharga karena ‘manfaatnya’. Dari setiap sudutnya, masjid menyebarkan cahaya kebaikan, menumbuhkan iman, dan mempersatukan umat. Manfaatnya tak terhingga, membuatnya menjadi harta yang paling berharga.
Menurut Haidar Nasir, “Masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi lambang pembersihan fisik dan spiritual, membersihkan niat dan hati dari kerusakan, tetapi juga pusat pendidikan, sosial dan kemanusiaan.” Kemakmuran masjid tidak hanya terletak pada fisiknya, dan bukan sekadar ‘beton’ bangunan, tetapi sumber kebaikan dan peluang amal sholeh yang tak terhingga. Kalau masjid bagus secara bangunan, itu sudah banyak. Namun, masjid makmur, letak kemakmuran misalnya terletak pada makmur jamaahnya, aktif kegiatannya, bersih, dan deras infaknya. Setiap hari, banyak jamaah memadati masjid untuk beribadah. Makmur bermakna masjid menjadi simbol kekuatan spiritual, kebersamaan, dan kebaikan. Di sinilah letak kekuatan sejati kemakmuran masjid, yang melampaui fisik dan material.
Dari masjid, kita memulai perubahan
Masjid merupakan pusat dakwah, pembinaan iman, ukhuwah, kebersamaan, pencerahan, pemberdayaan, dan peradaban. Dengan nilai-nilai kemasjidan, setiap muslim dapat menjadi pribadi yang hebat dan berkontribusi positif. Masjid Muhammadiyah sebagai pusat kebangkitan harus dikelola dengan bijaksana, profesional, dan transparan, sebagaimana mengelola AUM lainnya, untuk membangun kemakmuran bersama dan berkelanjutan.
Slogan inspiratif yang menekankan peran masjid sebagai pusat kebangkitan, kejayaan, peradaban gemilang dan pemberdayaan umat tidak boleh dipisahkan dengan peran pemuda di dalamnya. Karena masjid dan pemuda adalah satu paket kunci kebangkitan, kejayaan, membangun pemuda membangun peradaban gemilang, dan membangun bangsa yang maju. Masjid sebagai pusat kebangkitan, pemuda sebagai penggerak perubahan, kebangkitan umat dimulai dari masjid sebagai sumber inspirasi, dan dipimpin oleh pemuda yang berani serta berintegritas.
Bagi pimpinan, anggota, dan aktivis Muhammadiyah Aisyiyah atau Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), memakmurkan masjid Muhammadiyah merupakan tujuan utama dan strategis. Dengan memahami nilai-nilai kemasjidan, mereka akan dimakmurkan hidupnya oleh Allah, seiring dengan kemakmuran cabang ranting yang berbasis masjid akan menemukan kemakmuran yang sejati (QS. Ibrahim ayat 35-41).
Kolaborasi masjid-ranting; kunci keberhasilan umat
Masjid merupakan pusat ibadah dan dakwah umat Islam, tempat mencari ketenangan, kebahagiaan, dan solusi atas berbagai masalah serta benteng moral bangsa. Dengan memakmurkan masjid, kita tidak hanya membangun hubungan dengan Allah SWT, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan membangun umat yang harmonis.
Masjid menjadi pusat solusi strategis bagi kepengurusan ranting Muhammadiyah dan umat yang dibina karena ranting dan masjid berkolaborasi, bersinergis, berkomitmen untuk melayani, mengelola masalah, serta memberdayakan umat. Dengan pengelolaan yang profesional, masjid dapat menjadi solusi nyata bagi umat. Seperti slogan yang populer, “Apapun masalahnya, masjid solusinya.”
Wallahu a’lam