Kaderisasi adalah jantung keberlangsungan Muhammadiyah. Di tengah derasnya perubahan zaman, hanya kader kuat dan terlatihlah yang mampu menjaga ruh dakwah tetap mengalir dan amal usaha tetap memberi manfaat bagi umat. Namun ada satu pertanyaan mendasar yang harus kita hadapi dengan jujur:
Sudahkah Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah benar-benar hidup di Cabang dan Ranting kita?
Sebab masa depan Persyarikatan bukan ditentukan oleh megahnya agenda Wilayah atau ramainya program Daerah. Masa depan Muhammadiyah ditentukan oleh hidup-matinya kaderisasi di tingkat paling dasar yaitu Cabang dan Ranting.
Ortom di Cabang dan Ranting: Barometer Nyata Kaderisasi
Ortom seperti IPM, NA, Pemuda Muhammadiyah, Tapak Suci, dan Hizbul Wathan bukan sekadar stempel struktural. Mereka adalah “dapur pembinaan” tempat pemuda-pemudi Muhammadiyah menempa diri.
Namun realitas di lapangan sering kali berkata lain:
- Ada Cabang yang sudah lama tidak memiliki kegiatan Ortom.
- Ada Ranting yang hidup hanya karena satu dua kader senior yang hampir kehabisan tenaga
- Ada Ortom yang aktif hanya saat ada event besar, namun mati aktivitas di sepanjang tahun.
Jika situasi ini diteruskan, itu tanda bahwa kaderisasi kita sedang melemah bahkan bisa saja berhenti sama sekali, dan mungkin memang sudah berhenti.
Kaderisasi Sejati Harus Hidup di Akar Rumput
Kaderisasi bukan hanya pelatihan formal atau struktur rapi di SK. Kaderisasi sejati lahir dari:
- kegiatan rutin,
- pembinaan yang konsisten,
- keterlibatan pemuda dalam masjid, pendidikan, sosial, dan kemasyarakatan.
Dan semua itu hanya akan tumbuh jika Ortom hidup di Cabang dan Ranting.
Di sinilah para pemuda belajar memimpin, mengelola kegiatan, memahami masalah umat, dan membangun karakter melalui pengalaman nyata, bukan hanya modul.
Akhiri Pola Pikir Berbahaya: “Yang Penting Ada”
Kalimat ini adalah racun paling halus dalam kaderisasi:
“Yang penting ada.”
- Ada nama Ortom di SK, tapi tidak ada aktivitas.
- Ada pengurus, tapi tidak pernah berkumpul.
- Ada lembaga, tapi tidak ada denyut gerakannya.
Ortom seperti ini hidup di atas kertas, tapi mati dalam fungsi.
Mulai hari ini, mari kita haramkan pola pikir itu.
Ortom tidak boleh sekadar “ada”.
Ortom harus hidup. Bergerak. Berkarya. Membina. Menghidupkan generasi.
Ajakan untuk Seluruh Pimpinan Persyarikatan
Ini momentum kita untuk menyatukan langkah. Mari bersama-sama:
- Mensurvei ulang kondisi Ortom di wilayah masing-masing.
- Menghidupkan kembali struktur yang pasif atau hampir mati.
- Memfasilitasi Ortom yang ingin bergerak, meski dengan kemampuan terbatas.
- Menjadi teladan bagi para pemuda untuk kembali aktif di Persyarikatan.
Dan yang sangat penting:
Mari berkerjasama antara Pimpinan Ortom tingkat Daerah, serta PCM/PCA juga PRM/PRA bersama MPKSDI dan LPCRPM sebagai fasilitator pendampingnya.
Ini bukan pekerjaan satu pihak. Ini kerja kolektif Persyarikatan.
Tidak boleh ada satu pun Cabang atau Ranting yang sepi dari aktivitas anak muda.
Karena di sanalah masa depan Muhammadiyah berada.
Penutup
Kita sering mendengar bahwa Cabang dan Ranting adalah ujung tombak dakwah Muhammadiyah. Benar. Tetapi ujung tombak itu hanya akan tajam jika di dalamnya ada pemuda yang hidup, terlatih, dan bergerak melalui Ortom.
Maka:
- Mari hidupkan kembali Ortom di Cabang dan Ranting.
- Mari bangun kaderisasi dari akar, bukan dari pucuk.
- Mari kembalikan kejayaan Angkatan Muda Muhammadiyah sebagai pilar regenerasi Persyarikatan.
Karena hanya gerakan yang hidup sampai ke tingkat paling dasar yang mampu melahirkan kader unggul bagi masa depan Muhammadiyah.
Oleh: Irfan Sholahuddin Gozali, S.E., M.E
Sekretaris MPKSDI PDM Kabupaten Cirebon • Ketua PCM Sumber • Korps Instruktur Kader Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat
