Ikuti Semarak Lomba CRM Award 2025 | Menangkan Hadiah Total Rp54 Juta!

Q
Logo Lpcr New

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

Yogyakarta, 25 Oktober 2025 | Sabtu malam itu, ruang Zoom SECARA Eps. 6 Nasyiah DIY kembali ramai dengan semangat para kader muda yang semangat diskusi. Episode ke-6 kali ini menghadirkan Ella Yussy Dwi Astuti, S.S., M.A, akademisi dan aktivis sosial yang dikenal dengan kemampuan manajerial yang baik. Tema yang diangkat sangat relevan: Manajemen Program dan Kegiatan Terencana, Terstruktur, dan Berdampak. Sebuah tema yang mengajak kita merenungkan: Apakah program yang kita jalankan sudah benar-benar memberi dampak, atau sekadar berjalan karena kebiasaan?

Dari Niat Baik ke Manajemen yang Baik

Mengawali sesi, Ella menyampaikan bahwa niat baik saja tidak cukup.

“Setiap kebaikan membutuhkan manajemen yang baik agar bisa benar-benar bermanfaat,” ujarnya lembut namun tegas.

Ia mengingatkan bahwa dalam organisasi, semangat tidak boleh berdiri sendiri tanpa arah. Perlu ada perencanaan, struktur, dan pengelolaan berkelanjutan agar kegiatan tidak berhenti pada ide. “Seringkali program gagal bukan karena niatnya kurang, tetapi karena perencanaannya tidak matang,” tambahnya.

Program vs Kegiatan: Bedakan, Agar Tidak Tumpang Tindih

Salah satu bagian paling menarik adalah ketika Ella menguraikan perbedaan antara program dan kegiatan.

“Program adalah rancangan besar. Kegiatan adalah langkah-langkah kecil untuk mewujudkannya,” jelasnya.

Misalnya, program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dapat diurai menjadi kegiatan pelatihan UMKM, pameran produk, hingga mentoring bisnis. Semua kegiatan harus saling mendukung tujuan besar program bukan berdiri sendiri-sendiri.

Kunci Sukses: Perencanaan dan Evaluasi

Ella menekankan bahwa agaknya 95% kesuksesan program terletak pada tahap persiapan.

“Kalau persiapannya matang, pelaksanaan tinggal menjalankan. Tapi kalau persiapannya asal-asalan, biasanya yang kacau bukan hanya hasilnya, tapi juga suasana timnya,” ucapnya sambil tersenyum.

Ia juga menegaskan pentingnya evaluasi, bukan untuk mencari siapa yang salah, tapi apa yang bisa diperbaiki.

“Evaluasi itu bukan ajang saling menyalahkan, tapi proses belajar bersama,” katanya, mengajak peserta untuk menjadikan evaluasi sebagai budaya positif dalam organisasi.

“The Right Person on the Right Job” di Tengah Keterbatasan

Salah satu pertanyaan menarik muncul dari peserta: bagaimana menerapkan prinsip the right person on the right job ketika anggota terbatas? Ella menjawab dengan realistis,

“Kalau anggota sedikit, jangan langsung ingin membentuk tim sempurna. Mulailah dari kegiatan kecil, libatkan orang-orang baru secara bertahap, dan jadikan kegiatan itu ruang belajar bersama.”

Menurutnya, keterbatasan bukan alasan untuk berhenti, justru menjadi peluang untuk kaderisasi dan menemukan talenta baru.

Menjaga Kenyamanan dan Keterikatan Anggota

Dalam sesi tanya jawab, topik tentang retensi kader juga mencuri perhatian.
Mengapa ada anggota yang cepat sekali hilang dari organisasi? Ella menjawab:

“Orang akan bertahan di tempat yang membuatnya merasa aman dan dihargai. Maka, pastikan organisasi kita menjadi tempat yang menyenangkan, bukan tempat penuh tekanan.”

Ia menambahkan, menciptakan budaya organisasi yang sehat dan menghargai setiap suara anggota adalah kunci. Ketika komunikasi baik dan suasana hangat, loyalitas akan tumbuh dengan sendirinya.

Menanam Budaya Baru dengan Sabar dan Positif

Di bagian akhir, Ella berbagi kiat membangun budaya organisasi yang baru tanpa menimbulkan resistensi.

“Tanamkan nilai baru dengan cara yang lembut. Jangan menyalahkan masa lalu, tapi ajak semua orang melangkah bersama.”

Ia menekankan bahwa membangun budaya tidak bisa instan. Dibutuhkan kesabaran, keteladanan, dan konsistensi.

“Kalau kita sabar dan konsisten, nanti orang lain akan merasakan manfaatnya dan akhirnya ikut berubah.”

Penutup: Manajemen adalah Jalan untuk Kenyamanan Bersama

Menutup sesi, Ella berpesan hangat:

“Manajemen bukan alat untuk menyalahkan, tapi sarana untuk membuat kita semua nyaman bekerja bersama. Tujuannya sederhana: agar kebaikan bisa berjalan lebih teratur dan berdampak.”

Acara pun ditutup dengan senyum lebar para peserta saat sesi foto bersama, menandai akhir dari malam penuh inspirasi dan pembelajaran yang membumi.

Simak SECARA Episode 6 di sini: 

Bagikan