LPCR.OR.ID – Sleman, Maret 2025 – Dalam rangka program Mubaligh Hijrah di Dusun Kelangkapan II, Desa Margoluwih, Sleman, sekelompok mahasiswa melaksanakan berbagai kegiatan sosial, salah satunya mengajar TPA. Selama 21 hari menjalankan program, mereka menemukan bahwa minat baca anak-anak di desa ini masih rendah. Bahkan, beberapa anak yang sudah berusia sekolah masih kesulitan membaca dengan lancar.
Kondisi ini mendorong mahasiswa peserta Mubaligh Hijrah untuk membuat program khusus di bidang pendidikan. Mereka mengadakan storytelling dan lomba membaca dengan harapan dapat menumbuhkan ketertarikan anak-anak terhadap buku. Kegiatan ini dirancang agar anak-anak tidak hanya melihat membaca sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai aktivitas yang menyenangkan.
Storytelling sebagai Langkah Awal
Mahasiswa memulai program dengan sesi storytelling atau mendongeng. Kegiatan ini dilakukan secara interaktif agar anak-anak lebih tertarik mendengarkan cerita dan memahami alur kisah yang disampaikan. Beberapa cerita diadaptasi dari buku dongeng klasik, kisah inspiratif, hingga cerita bertema islami yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
“Awalnya, anak-anak cenderung pasif saat mendengar cerita. Namun, setelah beberapa sesi storytelling, mereka mulai antusias dan aktif bertanya tentang isi cerita,” ujar salah satu mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini.
Seiring berjalannya waktu, storytelling bukan hanya menjadi sesi mendengarkan cerita, tetapi juga kesempatan bagi anak-anak untuk berbagi pengalaman. Beberapa dari mereka mulai tertarik untuk membaca sendiri dan bahkan berusaha memahami isi buku yang mereka baca.
Dampak Positif dari Kegiatan
Salah satu bukti keberhasilan program ini datang dari seorang anak TPA bernama Aexl. Setelah mengikuti sesi storytelling beberapa kali, Axel mulai menunjukkan ketertarikan lebih terhadap buku. Ia bahkan bercerita kepada salah satu mahasiswa bahwa ia telah membeli buku sendiri karena ingin membacanya saat sesi TPA.
“Axel mengatakan bahwa ia ingin memiliki buku sendiri agar bisa membaca kapan saja. Mendengar hal itu, kami semakin semangat untuk terus melanjutkan storytelling dan mengajak anak-anak lainnya untuk lebih dekat dengan buku,” tambah mahasiswa tersebut.
Melihat adanya respons positif dari anak-anak, para mahasiswa pun berinisiatif untuk mengadakan lomba membaca. Lomba ini bertujuan untuk melatih anak-anak agar lebih percaya diri dalam membaca di depan umum sekaligus meningkatkan kemampuan membaca mereka. Dalam perlombaan ini, anak-anak diberikan beberapa bacaan sederhana yang harus mereka baca dengan intonasi dan pemahaman yang baik.
“Lomba membaca ini bukan soal siapa yang menang atau kalah, tetapi lebih kepada bagaimana mereka bisa membangun keberanian untuk membaca di depan teman-temannya,” jelas salah satu panitia kegiatan.
Harapan ke Depan
Kegiatan storytelling dan lomba membaca ini mendapat tanggapan positif, baik dari anak-anak maupun masyarakat setempat. Orang tua anak-anak TPA juga mulai menyadari pentingnya membiasakan membaca sejak dini. Beberapa di antara mereka bahkan bertanya kepada mahasiswa tentang bagaimana cara menumbuhkan kebiasaan membaca di rumah.
Dari program ini, para mahasiswa Mubaligh Hijrah berharap bahwa minat baca anak-anak Dusun Kelangkapan II dapat terus berkembang, bahkan setelah program mereka selesai. Mereka juga berharap bahwa kegiatan semacam ini bisa dilakukan secara berkelanjutan, baik oleh masyarakat setempat maupun oleh relawan yang datang ke desa tersebut di masa mendatang.
“Buku adalah jendela dunia. Jika anak-anak mulai menyukai membaca, mereka akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkembang dan belajar hal-hal baru. Kami ingin meninggalkan jejak positif di desa ini, agar kebiasaan membaca bisa terus tumbuh,” pungkas salah satu mahasiswa.
Dengan adanya inisiatif seperti ini, diharapkan budaya membaca di Dusun Kelangkapan II semakin meningkat, membuka wawasan anak-anak, dan memberikan mereka peluang yang lebih baik untuk masa depan.
Kontributor: Gita Rahmadani Oktapia