Dapatkan berita terbaru Cabang Ranting dan Masjid Muhammadiyah di WhatsApp

Q
Logo Lpcr New

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

LPCR.OR.ID – Dalam rangka program Mubaligh Hijrah di Dusun Kelangkapan II, Desa Margoluwih, Sleman, sekelompok mahasiswa melaksanakan berbagai kegiatan sosial, termasuk mengajar TPA. Selama 21 hari, mereka menemukan minat baca anak-anak di desa ini masih rendah, dengan beberapa anak usia sekolah kesulitan membaca dengan lancar.

Kondisi ini mendorong mahasiswa peserta Mubaligh Hijrah Universitas Aisyiyah Yogyakarta untuk membuat program khusus di bidang pendidikan. Mereka mengadakan sesi storytelling dan lomba membaca, dengan harapan dapat menumbuhkan ketertarikan anak-anak terhadap buku. Kegiatan ini dirancang agar anak-anak melihat membaca sebagai aktivitas menyenangkan, bukan sekadar kewajiban.

Storytelling sebagai Langkah Awal

Para mahasiswa memulai program dengan sesi storytelling atau mendongeng. Kegiatan ini dilakukan secara interaktif agar anak-anak lebih tertarik mendengarkan dan memahami alur cerita. Beberapa kisah diadaptasi dari dongeng klasik, cerita inspiratif, hingga cerita bertema Islami yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

“Pada awalnya, anak-anak cenderung pasif saat mendengar cerita. Namun, setelah beberapa sesi, mereka mulai antusias dan aktif bertanya tentang isi cerita,” ujar salah satu mahasiswa yang terlibat.

Seiring berjalannya waktu, storytelling tidak hanya menjadi sesi mendengarkan, tetapi juga kesempatan bagi anak-anak untuk berbagi pengalaman. Beberapa dari mereka mulai tertarik membaca sendiri dan berusaha memahami isi buku yang mereka baca.

Dampak Positif dari Kegiatan

Salah satu bukti keberhasilan program ini datang dari seorang anak TPA bernama Axel. Setelah mengikuti beberapa sesi storytelling, Axel mulai menunjukkan ketertarikan terhadap buku. Ia bahkan bercerita kepada mahasiswa bahwa ia telah membeli buku sendiri untuk dibaca saat sesi TPA.

“Axel mengatakan bahwa ia ingin memiliki buku sendiri agar bisa membaca kapan saja. Mendengar hal itu, kami semakin bersemangat untuk melanjutkan storytelling dan mengajak anak-anak lainnya dekat dengan buku,” tambah mahasiswa tersebut.

Melihat respons positif, mahasiswa pun berinisiatif mengadakan lomba membaca. Lomba ini bertujuan melatih anak-anak agar lebih percaya diri membaca di depan umum dan meningkatkan kemampuan membaca mereka. Dalam lomba ini, anak-anak diberikan bacaan sederhana yang harus dibaca dengan intonasi dan pemahaman yang baik.

“Lomba ini bukan soal menang atau kalah, tetapi lebih kepada bagaimana mereka bisa membangun keberanian untuk membaca di depan teman-temannya,” jelas salah satu panitia kegiatan.

Harapan ke Depan

Kegiatan storytelling dan lomba membaca ini mendapat respons positif, baik dari anak-anak maupun masyarakat. Orang tua juga mulai menyadari pentingnya membiasakan membaca sejak dini. Beberapa bahkan bertanya kepada mahasiswa tentang cara menumbuhkan kebiasaan membaca di rumah.

Dari program ini, mahasiswa Mubaligh Hijrah berharap minat baca anak-anak Dusun Kelangkapan II dapat terus berkembang, bahkan setelah program selesai. Mereka juga berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan berkelanjutan, baik oleh masyarakat setempat maupun relawan di masa mendatang.

“Buku adalah jendela dunia. Jika anak-anak menyukai membaca, mereka akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkembang dan belajar hal-hal baru. Kami ingin meninggalkan jejak positif, agar kebiasaan membaca terus tumbuh,” pungkas salah satu mahasiswa.

Dengan adanya inisiatif seperti ini, diharapkan budaya membaca di Dusun Kelangkapan II semakin meningkat, membuka wawasan anak-anak, dan memberikan peluang yang lebih baik untuk masa depan.