Dapatkan berita terbaru Cabang Ranting dan Masjid Muhammadiyah di WhatsApp

Q
Logo Lpcr New

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

Oleh: Drh. H. Baskoro Tri Caroko, LPCRPM PP Bidang Pemberdayaan Ekonomi

Di seluruh dunia saat ini sedang kelimpungan karena khawatir ancaman terjadinya krisis pangan, semakin marak dan terus diperbincangkan, krisis pangan tersebut diduga sebagai dampak buruk global warming, La Nina, El Nino, terjadi pergeseran iklim, perubahan cuaca ektrim yang menyebabkan banyak gagal panen, dan diikuti penurunan kemampuan produksi pangan di berbagai negara di seluruh dunia, yang mengakibatkan kenaikan harga pangan dan naiknya tingkat kerawanan pangan.

Fakta di Indonesia, seperti sekarang ini, kita masih bisa memperoleh telor dan ayam dengan sangat mudah, baik dalam kondisi mentah atau sudah berupa makanan olahan, semisal di restoran, warung makan, kaki lima atau pedagang keliling artinya kebutuhan sumber protein hewani bagi masyarakat Indonesia sampai saat ini, masih bisa terpenuhi dari ketersediaan telur dan daging unggas produksi dalam negri dengan jumlah stock yang masih aman, Alhamdulillah.

Ketersediaan bahan pangan sumber protein hewani yang paling favourite seperti telur dan daging ayam tersebut supaya bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat dibutuhkan peran serta berbagai pihak yang terlibat dalam kerja besar rantai pasok bahan pangan berbasis telur dan ayam, dari hulu sampai kehilir hingga bisa dikonsumsi oleh masyarakat, untuk ketahanan pangan Indonesia.

Sistem rantai pasok dengan pola padat karya tersebut menjadi jalan terbukanya berbagai macam peluang rezeki bagi siapapun yang mau bekerja baik sebagai karyawan atau berwira usaha. Setiap mata rantai pasok memiliki kerja spesifik yang kemudian saling berestafet sesuai tanggung jawab dan bidang keahliannya masing masing dimulai dari peternakan unggas komersial yang dalam distribusi produknya kemudain melibatkan berbagai macam UMKM antara lain bandar ayam, agen telur, penangkap ayam eceran, pengecer telur, tempat pemotongan, depot ayam segar, produsen makanan olahan, produsen roti, warung makan, pedagang milor (mie telor), penjual cilor (aci telor) pedagang sate ayam, bakso telor, kaki lima, ayam goreng tepung, ayam bakar, nasi kebuli ayam, warung pecel ayam, nasi goreng ayam, bubur ayam, ketoprak telor, pedagang kerak telor dan berbagai macam variasi UMKM lainnya  sampai di sektor hilir untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, berbagai kalangan di semua usia.

Sebagai sumber protein berkualitas tinggi yang sangat diminati masyarakat dengan harga terjangkau maka telur dan daging ayam sangat strategis digunakan sebagai sarana penggerak pemberdayaan ekonomi masyarakat, melibatkan banyak UMKM mandiri berbasis ayam dan telur, untuk mengatasi stunting anak, membangun generasi sehat dan berkualitas, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat,

Namun kestabilan demand pada sistem pemberdayaan ekonomi masyarakat yang melibatkan banyak UMKM mandiri tersebut sering terganggu oleh prilaku oknum yang mementingkan ego sektoral yang dengan sengaja menyebarkan berita tidak benar (hoaks) yang menyesatkan opini masyarakat dan merusak kelangsungan hidup UMKM mandiri dengan menyebar isu antara lain sebagai berikut :

  1. Ayam broiler tumbuh cepat karena disuntik dengan hormone.
  2. Bagian leher ayam dan sayap sebagai sumber penyakit kanker.
  3. Telur sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol.

Menyikapi  berita hoaks yang sering dihadapi komunitas peternak dan UMKM berbasis telur dan ayam tersebut, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan hadir membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kaum lemah, sebagaimana dimandatkan dalam surat Al-Ma’un. memberi pencerahan dengan prinsip kemajuan, kemodernan, dan profesionalitas, mendukung tercapainya ketahanan pangan yang berdaulat dan berkeadilan sosial, untuk kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.