Ikuti Semarak Lomba CRM Award 2025 | Menangkan Hadiah Total Rp54 Juta!

Q
Logo Lpcr New

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pahandut, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, rutin mengadakan pengajian dua minggu sekali yang kali ini dilaksanakan di sekretariat, Jalan Ulin No. 27 Palangka Raya, dengan mengangkat tema “Makna Qorib Beribadah kepada Allah”.

Kajian ini diawali dengan tadarus Al-Qur’an secara bergantian oleh seluruh jamaah, dilanjutkan dengan sambutan Ketua PCM Pahandut, Drs. H. Ahmad Wahyu Cahyono, M.Pd. Adapun yang menjadi narasumber pada pengajian kali ini adalah Ustadz Drs. H. Sofyan Sori, M.Ag., yang merupakan Ketua PDM Kota Palangka Raya periode 2015-2022. Pada pengajian kali ini juga dihadiri oleh pengurus PDM Kota Palangka Raya, para pengurus PCM Pahandut, mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Muhammadiyah (PKUM), para dewan guru SDM Pahandut, serta para jamaah.

H. Ahmad Wahyu Cahyono menyampaikan bahwa pengajian adalah sesuatu yang wajib dilakukan di Muhammadiyah, karena pengajian merupakan ruhnya Muhammadiyah. “Jika Muhammadiyah tidak ada pengajian, maka boleh dibilang seperti hidup tanpa ruh. PCM Pahandut merupakan cabang yang harus konsisten melakukan pengajian, sehingga melalui kegiatan ini kita dapat bersilaturahmi serta menambah wawasan ilmu agama,” ujarnya.

H. Sofyan Sori menyampaikan bahwa pengajian merupakan salah satu sarana yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui pengajian, umat Muslim (kita) dapat memperdalam ilmu agama, meningkatkan keimanan, serta memperbanyak ibadah, terutama ibadah yang utama yaitu sholat. Sholat dengan khusyu akan membangun kedekatan dengan Allah sehingga akan memberikan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. “Pengajian memberikan ilmu, kita amalkan dalam kehidupan dengan baik dan benar maka akan mendatangkan ketenangan hati dan jiwa,” ujarnya.

Bagaimana dengan Muslim yang sudah sholat tapi merasa tidak dekat dengan Allah? Apakah kita sudah terlalu jauh sehingga dalam sholat pun kita tidak bisa fokus (khusyu)? Saat kita menyaksikan berbagai masalah yang terjadi di muka bumi berupa dosa, kejahatan, dan kekejaman, ada yang bertanya, di mana Allah di tengah semua ini? Untuk itu, mari kita lihat apa yang dikatakan Al-Qur’an tentang kedekatan Allah dan manusia.

Al-Qur’an menunjukkan bahwa Allah sangat dekat dengan kita. Allah selalu menyadari dan penuh perhatian terhadap semua yang kita lakukan dan katakan, terlepas dari kenyataan bahwa para malaikat akan merekam apa pun yang kita katakan. Allah mengingatkan, “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS 2: 186).

Ayat ini meyakinkan kita bahwa manusia sangat dekat dengan Allah dan bahwa Allah juga sangat dekat dengan kita. Dia menanggapi doa-doa kita. Dalam surah lain disebutkan, “Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” (QS 8: 24). Pada ayat ini, kita mengetahui bahwa Allah berada antara manusia dan hatinya. “Saking dekatnya kita dengan Allah, harus dibungkus dengan ketakwaan, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, bagaikan cantolan baju,” tambahnya.

Tiga tingkatan sikap manusia menghadap Allah di dalam shalat: pertama, menghadap kepada Allah dengan hati, maka Dia menjaganya dari gangguan-gangguan dan bisikan-bisikan yang membatalkan atau mengurangi pahala shalat; kedua, menghadap kepada Allah dengan senantiasa merasa dalam pengawasan-Nya, sehingga seakan-akan ia melihat-Nya; ketiga, menghadap kepada Allah dengan memfokuskan pada makna-makna firman-Nya dan perincian-perincian ritual ibadah shalat, sehingga dapat memberikan haknya. Dengan menyempurnakan ketiga tingkatan ini, maka mendirikan shalat akan benar-benar terwujud, dan kesempurnaan sikap seorang hamba dalam menghadap kepada Allah akan dicapai. (mf)