LPCR.OR.ID – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tirtonirmolo Barat Cabang Kasihan Daerah Bantul DIY menyelenggarakan Pengajian Khusus rutin untuk seluruh anggota PRM yang berjumlah 42 personil terdiri dari 9 Pimpinan Harian dan 33 Anggota Bidang di lingkup PRM Tirtonirmolo Barat (Bidang Tabligh, Tarjih dan Pembinaan Masjid/Musala, Bidang Pendidikan, Bidang Pembinaan Kader dan AMM, Bidang Wakaf, dan Bidang Ekonomi Kreatif). Pengajian Khusus edisi bulan September diselenggarakan pada hari Selasa 10 September 2024 malam di Masjid AL-Muthohar Kampung Bekelan.
Ketua PRM Tirtonirmolo Barat, H. Sofriyanto Solih M dalam sambutannya menyampaikan ada lima jenis ranting dalam Muhammadiyah. Jenis pertama: Ranting Rintisan, dalam ranting ini ada jenis rintisan rekayasa top down yang merupakan inisiatif dari struktur di atasnya yaitu PCM, lalu ada rintisan alamiah buttom up yang merupakan inisiatif dari para jamaah masjid, warga, atau kumpulan beberapa keluarga yang mengajukan pendirian ranting kepada PCM. Dalam ranting rintisan juga ada yang bersifat kombinasi antara proses rintisan top down dan rintisan buttom up. Jenis kedua: Ranting Hidup, yaitu ranting yang berjalan secara apa adanya. Ranting ini menjadikan masjid/musala sebagai pusat kegiatan, ada pengajian khusus dan pengajian umum tetapi tidak berjalan rutin, dan tidak memiliki kantor khusus yang permanen, “di mana rumah pimpinan, ya di situ kantor PRM-nya”, ungkap H. Sofriyanto.
Selanjutnya, H. Sofriyanto menyampaikan jenis ketiga: Ranting Mati, ranting ini sudah tidak berdaya dan secara struktural para pimpinannya tidak bisa menghidupkan ranting. Dalam ranting mati ini tidak ada kegiatan pengajian khusus maupun pengajian umum, tidak memiliki masjid/musala sebagai basis kegiatan, bahkan tidak memiliki jamaah, dengan kata lain yang ada di ranting jenis ini hanyalah papan nama, atau, menurut H. Sofriyanto dengan nada bercanda inilah yang dinamai ranting innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Jenis keempat: Ranting Unggul, ranting jenis ini memiliki kelebihan dan keunggulan pada bidang tertentu sehingga sukses dalam menerapkan program-program untuk kemanfaatan masyarakat di lingkungannya. Sebagai contoh ranting jenis ini unggul di bidang pemberdayaan ekonomi di mana ranting tersebut dapat merubah mental pengemis yang ada di lingkungannya menjadi masyarakat yang memiliki keulaten dalam berwirausaha secara mandiri. Ranting ini memiliki kantor permanen, memiliki anggota tetap minimal 50 orang, memiliki masjid/musala sebagai pusat kegiatan, memiliki kegiatan pengajian khusus dan pengajian umum secara rutin, memiliki manajemen kantor yang baik, dan selalu menganalisis setiap problematika dengan metode analisa yang baik.
Jenis kelima: Ranting Ideal, ranting ideal lebih baik dari ranting unggul.Ranting Ideal adalah contoh ranting yang menjadi cita-cita Persyarikatan Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Ada lima karakter dimiliki oleh ranting jenis ini: 1) aktif dan memiliki sumber daya yang memadai, 2) kuat dan berdaya, menunjukkan bahwa ranting ini selalu bekerja keras dan tidak memiliki kelemahan, 3) mandiri yang menunjukkan bahwa ranting ini ditopang oleh donatur tetap individu maupun institusi, iuran anggota, dan hasil usaha, 4) dinamis dan selalu terus berinovasi untuk kemajuan, 5) dapat menjadi model bagi ranting yang lain berkat prestasi yang diraihnya. Secara administratif, Ranting Ideal memiliki karakteristik: 1) memiliki tempat kesekretariatan yang tetap. 2) memiliki anggota minimal 100 orang. 3) memiliki masjid/musala dan amal usaha lain lebih dari satu jenis dan eksis. 4) didukung oleh manejemen kesekretariatan modern. 5) memiliki Ortom minimal ‘Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiah, dan Pemuda Muhammadiyah.
Demikian pungkas H. Sofriyanto memaparkan jenis-jenis ranting sekaligus menutup sambutannya.