Ikuti Semarak Lomba CRM Award 2025 | Menangkan Hadiah Total Rp54 Juta!

Q
Logo Lpcr New

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

Yogyakarta, 26 Agustus 2025 — Dalam episode keempat SECARA Nasyiah DIY, Rosa Kusuma Dewi Azhar, S.Pd., M.Si., membagikan pengalaman dan wawasan mendalam tentang seni berbicara di depan umum dan komunikasi sosial. Rosa, yang dikenal sebagai Teh Oca, saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kantor sekaligus Kepala Komunikasi dan Layanan Organisasi Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta. Sesi ini menjadi ruang belajar inspiratif bagi kader Nasyiatul Aisyiyah (NA) untuk mengasah kemampuan komunikasi yang efektif, baik di ruang publik, keluarga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Membangun Kepercayaan Diri dan Keterampilan Berbicara

Rosa membuka sesi dengan menegaskan bahwa berbicara di depan umum bukan hanya soal keberanian, tetapi juga tentang menyampaikan pesan dengan kesadaran, empati, dan strategi. Ia mengajak peserta untuk tidak hanya belajar berbicara, tetapi juga memahami mengapa dan untuk siapa mereka berbicara. Dalam dunia sosial yang semakin dinamis, kemampuan berkomunikasi menjadi keterampilan dasar yang menunjang peran kader perempuan dalam dakwah, advokasi, dan pelayanan masyarakat.

“Tujuan utama komunikasi bukan sekadar didengar, tetapi dipahami dan menggerakkan,” ujar Rosa.

Rosa juga menekankan pentingnya memahami harapan audiens. Menurutnya, seorang pembicara yang baik harus mampu menyesuaikan gaya bicara dengan konteks dan kebutuhan pendengarnya.

Komunikasi Efektif di Rapat dan Forum Organisasi

Salah satu bagian menarik dari sesi ini adalah pembahasan tentang cara menyampaikan pendapat dalam rapat tanpa menyinggung pihak lain. Rosa menekankan pentingnya komunikasi asertif berbicara dengan jujur, tegas, namun tetap sopan. Sebelum berbicara, seseorang perlu menilai urgensi dan dampak dari pesan yang ingin disampaikan.

“Gunakan bahasa yang menenangkan, tetap objektif, dan berikan alasan yang jelas. Pendapat yang disampaikan dengan tenang akan lebih diterima,” jelasnya.

Pendekatan ini, menurut Rosa, membantu menciptakan suasana rapat yang produktif dan kolaboratif sebuah nilai penting dalam organisasi seperti Nasyiatul Aisyiyah.

Kiat Praktis: Dari Pembukaan Kuat hingga Personal Branding

Dalam sesi berikutnya, Rosa memberikan tips praktis tentang bagaimana membangun kesan pertama yang kuat dalam berbicara di depan umum. Ia membandingkan pembukaan pidato dengan lepas landas pesawat momen awal yang menentukan keseluruhan perjalanan.

Rosa menjelaskan tiga elemen penting dalam komunikasi efektif:

  1. Visual (55%) – penampilan dan ekspresi wajah,
  2. Vokal (38%) – intonasi dan artikulasi,
  3. Verbal (7%) – isi kata yang disampaikan.

“Pembicara yang baik bukan yang hafal naskah, tapi yang mampu menghubungkan hati dan pikiran audiens,” katanya. Selain itu, ia menyoroti pentingnya personal branding. Cara seseorang berbicara mencerminkan kepribadian dan kredibilitasnya. Dalam konteks dakwah sosial, branding positif seorang kader dapat memperkuat citra organisasi di masyarakat.

Melibatkan Kaum Muda dan Anggota yang Pendiam

Rosa juga menyoroti tantangan komunikasi dalam kelompok, terutama bagaimana melibatkan anggota yang cenderung diam. Ia menceritakan pengalamannya menghadapi rekan kerja yang pendiam namun sebenarnya memiliki potensi besar. Dengan pendekatan yang sabar dan konsisten, rekan tersebut akhirnya tumbuh menjadi pembicara handal.

“Jangan berhenti mengajak mereka bicara. Kadang yang pendiam hanya menunggu ruang aman untuk berbicara,” ungkapnya.

Sesi ini juga menekankan pentingnya adaptasi gaya komunikasi sesuai dengan audiens mulai dari remaja, kader muda, hingga pejabat publik. Rosa memberikan contoh perbedaan intonasi dan gaya berbicara untuk berbagai konteks: acara formal, semi-formal, seminar, hingga kegiatan santai seperti jalan sehat.

Moderator yang Efektif dan Program untuk Generasi Muda

Rosa menegaskan bahwa seorang moderator berperan sebagai jembatan, bukan pembicara kedua. Moderator harus menjaga alur, menghidupkan diskusi, dan memastikan setiap suara terdengar. Ia juga mengajak Nasyiatul Aisyiyah untuk menciptakan program yang relevan bagi generasi muda seperti diskusi kesehatan mental, konseling sebaya, dan kelas komunikasi digital.

“Kita harus hadir dengan bahasa yang dipahami anak muda. Jangan hanya memberi tahu, tapi juga mendengarkan,” tegasnya.

Belajar Sepanjang Hayat

Di akhir sesi, Rosa berbagi refleksi pribadi: bahkan pembicara berpengalaman pun harus terus belajar. Ia mengaku sering meninjau ulang siaran atau presentasinya sendiri untuk mengevaluasi cara berbicara dan bahasa tubuh. Ia juga mengingatkan bahwa terlalu percaya diri justru bisa menjadi jebakan. Persiapan matang, kata Rosa, adalah kunci utama setiap penampilan publik yang sukses.

Episode keempat SECARA Nasyiah DIY meninggalkan kesan mendalam: bahwa komunikasi yang baik bukan hanya seni berbicara, tetapi juga seni memahami manusia. Dengan komunikasi yang tulus, kader Nasyiatul Aisyiyah diharapkan mampu menjadi agen perubahan sosial yang inspiratif, komunikatif, dan berdaya.

Simak SECARA Episode 4 di sini: 

Bagikan