Oleh: Taufiq Nugroho Nur, S.Sos. I, S.Pd
Ketua PRM Dorang Nalumsari Jepara, Mantan Ketua IMM Komisariat Al Faruqi IAIN Walisongo semarang, sedang menempuh program Pasca sarjana Bahasa Inggris UPGRIS Semarang
LPCR.OR.ID – Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 dan memiliki sejarah panjang dalam membangun peradaban melalui dakwah dan pendidikan. Salah satu titik penting gerakan Muhammadiyah adalah Kampung Kauman di Yogyakarta, tempat organisasi ini lahir dan berkembang. Kampung ini bukan hanya lokasi historis, tetapi juga simbol penegakan agama dan pusat peradaban yang melahirkan berbagai gagasan besar Muhammadiyah.
Kampung Kauman, yang terletak di jantung Yogyakarta, adalah tempat kelahiran K.H. Ahmad Dahlan. Nama “Kauman” berasal dari istilah “qoum” atau “qoimudin,” yang berarti penegak agama. Di sini berdirilah Masjid Gedhe yang megah, dibangun oleh Kyai Wiryokusumo atas perintah Sultan Hamengku Buwono I. Kauman menjadi pusat spiritual serta budaya Jawa dan ekonomi melalui perdagangan batik. Kampung ini menumbuhkan generasi muda dengan semangat pembaruan Islam, meskipun dihadapkan pada tantangan awal seperti pembakaran langgar milik K.H. Ahmad Dahlan, yang justru memperkuat tekad para pengikutnya.
Muhammadiyah, yang dikenal sebagai organisasi yang didukung oleh kalangan kelas menengah, seperti pedagang, pegawai negeri, dan guru, membawa semangat kompetisi (fastabiqul khairat), kecerdasan, dan keterbukaan dari perkotaan ke seluruh Indonesia, termasuk ke pelosok desa melalui cabang dan ranting Muhammadiyah (PCM dan PRM). Muhammadiyah telah berkembang di berbagai daerah, termasuk di pedesaan yang menjadi basis dakwah mereka.
Kampung Muhammadiyah di Pedesaan, seperti Nalumsari di Jepara hingga Kokoda di Papua, menunjukkan peran Muhammadiyah dalam membangun kampung berkeadaban tidak hanya di perkotaan. Di Kampung Kokoda di Papua Barat, Muhammadiyah telah hadir sejak tahun 1998 melalui pendampingan sosial dan dakwah yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Sorong (UNIMUDA). Kampung ini, yang dulunya nomaden, kini menjadi satu-satunya kampung di Indonesia yang seluruh warganya adalah Muslim dan menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Tidak hanya di Papua, tetapi juga di Jawa Tengah, PCM Nalumsari di Jepara menjadi contoh sukses dakwah Muhammadiyah di pedesaan. Sejak berdirinya pada tahun 1960-an, dengan PRM Dorang, PRM Blimbingrejo, PRM Bendan Pete, PRM Nalumsari, dan PRM Tunggul Pandean, Gerakan Muhammadiyah perdesaan di Nalumsari berkembang melalui dakwah jamaah dan gotong royong warga setempat. Berbagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) seperti TK dan PAUD, sekolah dasar, madrasah, masjid, mushola, dan pondok pesantren telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Muhammadiyah terus berkembang seiring waktu, mempertahankan dan mengembangkan gerakan melalui pengajian dan kaderisasi. Menurut K.H. Drs. Badrudin Noor, Ketua PCM Nalumsari, pengembangan jamaah Muhammadiyah harus dilakukan dengan berpikir global namun bertindak lokal. Pengajian rutin di Nalumsari menjadi kunci kekuatan jamaah di desa tersebut. Bahkan, Muhammadiyah di Nalumsari dianggap sebagai penyeimbang bagi kristenisasi yang telah berkembang sejak tahun 1950, menurut K.H. Sujadi, sesepuh Muhammadiyah Nalumsari.
Selain itu, untuk menjaga eksistensi Muhammadiyah, aktivis Muhammadiyah diharapkan terus menghidupkan semangat K.H. Ahmad Dahlan. Sebagai sebagaimana diungkapkan oleh DR. Yudi Latif, Muhammadiyah akan tetap berjaya jika anggotanya mampu merekonstruksi kehidupan dan pemikiran pendirinya menjadi aksi nyata. Oleh karena itu, penting bagi setiap warga Muhammadiyah untuk menjadikan keluarganya sebagai kader ideologis agar semangat dakwah ini tidak terputus.
Kesimpulannya, peran Muhammadiyah dalam membangun kampung berkeadaban, baik di perkotaan maupun pedesaan, tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan semangat fastabiqul khairat, Muhammadiyah terus bergerak membangun peradaban, mendirikan berbagai amal usaha, dan menyebarkan dakwah melalui pengajian dan kaderisasi. Kampung Muhammadiyah seperti di Kauman, Kokoda, dan Nalumsari adalah bukti bahwa Muhammadiyah mampu hadir dan berkembang di berbagai lapisan masyarakat, dari kota hingga desa, dari pusat hingga pelosok Nusantara. Dengan semangat gotong royong dan visi yang maju, Muhammadiyah akan terus berperan sebagai “sang surya” yang menerangi dunia. Membangkitkan ranting yang terendam dan menguatkan cabang yang sedang berkembang, seperti dikatakan oleh Abu Darwisy, tokoh muda PCM Nalumsari.
Allahumma baariik..