ξ€š

Dapatkan berita terbaru Cabang Ranting dan Masjid MuhammadiyahΒ di WhatsApp

Q
Logo Lpcr New


Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262



Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)



Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262



Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

Oleh: Gisya Widia Putri

LPCR.OR.ID – Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, adalah salah satu tokoh pembaharu Islam yang berperan besar dalam membawa perubahan sosial dan pendidikan di Indonesia pada awal abad ke-20. Salah satu aspek penting dari pemikirannya adalah pandangannya terhadap peran perempuan dalam Islam, yang mencerminkan semangat pembaharuan yang inklusif dan progresif. Dalam konteks ini, Ahmad Dahlan tidak hanya mengadvokasi pendidikan untuk perempuan tetapi juga mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan keagamaan.

Sebagai Pendidikan Hak Perempuan Ahmad Dahlan percaya bahwa pendidikan adalah hak setiap individu, tanpa memandang gender. Ia menekankan pentingnya pendidikan formal dan keagamaan bagi perempuan, yang dianggapnya sebagai langkah awal untuk memberdayakan mereka. Melalui pendirian organisasi Aisyiyah pada tahun 1917, ia menciptakan wadah bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan keterampilan yang diperlukan untuk berkontribusi dalam masyarakat. Aisyiyah tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga pada pendidikan umum dan keterampilan hidup, sehingga perempuan dapat mandiri dan berdaya[1].

Pandangan Ahmad Dahlan terhadap Peran Perempuan dalam Islam

Ahmad Dahlan hidup pada masa ketika perempuan sering kali terpinggirkan dari kehidupan sosial dan pendidikan. Tradisi patriarkal yang kuat membatasi ruang gerak perempuan, baik dalam ranah domestik maupun publik. Namun, Ahmad Dahlan memiliki pandangan yang berbeda. Baginya, Islam menempatkan perempuan pada posisi yang terhormat, dengan hak dan kewajiban yang setara dengan laki-laki dalam banyak aspek kehidupan.

Ia meyakini bahwa pembatasan terhadap perempuan lebih banyak berasal dari tradisi lokal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sejati. Dalam pandangannya, Islam memberikan hak kepada perempuan untuk mendapatkan pendidikan, berperan dalam kehidupan sosial, dan menjadi bagian dari gerakan pembaharuan umat. Pandangan ini sejalan dengan prinsip-prinsip kesetaraan gender yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Seperti dalam QS. Al-Mujadilah: 11 dan QS. An-Nisa: 124. Melalui pendekatan ini, Allah menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan adalah teman sejati dan pelindung satu sama lain. Pandangan ini menjadi landasan bagi Ahmad Dahlan untuk memperjuangkan kesetaraan gender dalam konteks sosial dan keagamaan. Ahmad Dahlan juga mengajak perempuan untuk aktif dalam dakwah dan kegiatan sosial. Ia percaya bahwa perempuan memiliki potensi yang sama untuk berkontribusi dalam masyarakat, baik sebagai pendidik maupun sebagai agen perubahan sosial memberikan interpretasi baru yang lebih kontekstual terhadap teks-teks agama untuk membebaskan perempuan dari belenggu tradisi yang tidak Islami[2]. Dengan demikian, ia menciptakan ruang bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik tanpa merasa tertekan oleh norma-norma tradisional yang membatasi.

Pendidikan sebagai Pilar Pemberdayaan Perempuan

Ahmad Dahlan melihat pendidikan sebagai kunci utama untuk memberdayakan perempuan. Salah satu aspek utama dari pemikiran K.H. Ahmad Dahlan adalah pentingnya pendidikan bagi perempuan. Ia meyakini bahwa pendidikan adalah hak setiap individu, termasuk perempuan. Dalam pandangannya, pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan moral. Ahmad Dahlan mendorong perempuan untuk menempuh pendidikan formal dan keagamaan, yang pada saat itu merupakan langkah revolusioner mengingat banyak masyarakat yang masih berpegang pada tradisi yang membatasi akses pendidikan bagi perempuan.

Dalam konteks ini, ia mendirikan Aisyiyah pada tahun 1917, sebuah organisasi perempuan di bawah naungan Muhammadiyah. Aisyiyah tidak hanya menjadi wadah untuk memberikan akses pendidikan kepada perempuan, tetapi juga menjadi platform untuk memberdayakan mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui Aisyiyah, perempuan diajarkan berbagai ilmu, mulai dari agama hingga keterampilan praktis seperti menjahit dan memasak. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup mereka tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap peran perempuan. Ahmad Dahlan percaya bahwa perempuan yang terdidik akan melahirkan generasi yang cerdas dan berakhlak mulia, sehingga menjadi kekuatan utama dalam membawa perubahan sosial.[3]

Perempuan sebagai Subjek dalam Gerakan Pembaharuan

Dalam pandangan Ahmad Dahlan, perempuan bukan hanya objek perubahan, tetapi juga subjek aktif yang memiliki peran strategis dalam gerakan pembaharuan. Hal ini terlihat dari aktivitas para perempuan Aisyiyah yang terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, seperti mengatasi buta huruf, memberikan pelayanan kesehatan, dan menyebarkan dakwah Islam. Mereka menjadi agen perubahan yang membawa semangat pembaharuan ke berbagai lapisan masyarakat.

Ahmad Dahlan juga mendukung perempuan untuk mengambil peran dalam bidang ekonomi. Ia mendorong perempuan untuk mandiri secara finansial melalui keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan Aisyiyah. Dengan demikian, perempuan tidak hanya menjadi pendukung keluarga tetapi juga penggerak ekonomi masyarakat.

Relevansi Pemikiran Ahmad Dahlan terhadap Peran Perempuan di Era Modern

Pemikiran Ahmad Dahlan tentang peran perempuan tetap relevan hingga saat ini. Di tengah perjuangan untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, nilai-nilai yang ia tanamkan melalui gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah menjadi sumber inspirasi. Aisyiyah kini telah berkembang menjadi salah satu organisasi perempuan terbesar di Indonesia, dengan berbagai program yang mendukung pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan perempuan.

Pemikiran Ahmad Dahlan mengingatkan kita bahwa pemberdayaan perempuan adalah bagian integral dari kemajuan masyarakat. Dengan memanfaatkan potensi perempuan secara maksimal, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan sejahtera.

Pandangan K.H. Ahmad Dahlan tentang peran perempuan dalam Islam menunjukkan bahwa ia adalah seorang visioner yang memahami pentingnya pendidikan dan pemberdayaan bagi kaum wanita. Dengan mendirikan Aisyiyah dan mendorong kesetaraan gender, ia telah membuka jalan bagi banyak perempuan untuk berkontribusi secara signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Warisan pemikirannya terus hidup melalui gerakan Aisyiyah dan menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia.


[1] Nashir, Haedar. β€œMuhammadiyah: A Reform Movement”, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2015.

[2] Kartini Kartono. β€œPeran Wanita dalam Perubahan Sosial”, Rajawali Pers, 2006.

[3] Nurhayati, Siti. “Kontribusi Aisyiyah terhadap Pendidikan Perempuan di Indonesia.” Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 10, No. 1, 2018.