LPCR.OR.ID – YOGYAKARTA, Umat Islam mengetahui banyak hal yang istimewa pada bulan Ramadhan. Di mana ketakwaan dan kedekatan dengan Allah semakin melekat. Banyak amalan-amalan yang dapat dilakukan dan dilipatgandakan pahalanya. Sehingga umat Islam berusaha untuk tidak menyia-nyiakan momen di bulan yang penuh berkah ini. Satu di antara amalannya yaitu shalat Tarawih. Pada hari Jum’at (28/02) Panitia Ramadhan di Kampus UAD mengadakan kembali shalat tarawih berjamaah Perdana Ramadhan 1446 H.
Masyarakat dan Civitas Akademika berbondong-bondong untuk mengikuti shalat tarawih perdana ini di Masjid Islamic Center UAD. Adanya kegiatan peribadatan seperti ini dan tentang Ramadhan semua dikupas oleh Prof. Dr. Muchlas, M.T. selaku penceramah tarawih Perdana dan Rektor Universitas Ahmad Dahlan serta Ketua Majelis Pustaka dan Informasi, bahwa 1 Ramadhan jatuh pada tanggal 1 Maret 2025, sehingga pada malam ini dilaksanakan shalat Tarawih secara berjamaah.
Muchlas mengajak para jamaah untuk senantiasa bersyukur kepada Allah, karena masih diberi kehidupan untuk menyambut bulan Ramadhan 1446 H. ini, sehingga tidak termasuk sebagai hamba yang kurang bersyukur. Allah SWT berfirman:
… وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“…. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Q.S. Saba ayat 13)
“Jad Allah sudah mengingatkan bahwa memang nantinya manusia diciptakan ini “ngeyel” atau tidak mau bersyukur. Sebab itu mari kita bersama senantiasa menjadi manusia yang pandai bersyukur. Yang bisa diimplementasikan tidak hanya di dalam hati kita tapi juga dengan lisan kita mengagungkan asma Allah. dan lebih bersyukur lagi implementasikan pada amal shalih atau kegiatan sehari-hari bermanfaat bagi orang lain”. Terangnya.
Pada kesempatan ini, Prof. Dr. Muchlas, M.T. menyampaikan tausiyah yang mengangkat tema “Bagaimana Umat Islam Menetapkan Bulan Ramadhan”. Dalam ceramahnya, dia menekankan beberapa poin penting, bahwa Penetapan awal bulan hijriyah di Indonesia ada tiga cara, hisab hakiki, yang mana dijalankan oleh persyarikatan muhammadiyah sampai hari ini masih menggunakan wujudul hilal dan berangsur-angsur di tahun mendatang direncanakan menggunakan kalender hijriah global tunggal (KHGT). Kemudian, gabungan antara hisab dan ru’yah yang sekarang ini dipakai oleh kementerian agama, melalui sidang isbat itu menggunakan imkaanu ru’yah tetapi diverivikasileh kegiatan ru’yah yang sedang menunggu sidang isbatnya menunggu dari para pengamat ru’yah/hilal. Dan Murni dengan melihat pakai mata telanjang tetapi juga dibantu dengan hitungan-hitungan hisab.
Selain itu, Prof. Dr. Muchlas juga menyampaikan bahwa Muhammadiyah Persyarikaatan mencoba untuk memulai sosialisasi KHGT dengan harapan agar bisa dipahami, dimengerti, oleh seluruh elemen-elemen bangsa Indonesia ini.
“Kami berharap dengan adanya KHGT ini banyak negara-negara di sekitar kita menggunakannya, ini adalah upaya kita untuk menyatukan umat muslim di seluruh dunia. Dan dengan adanya bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk meningkatkan parameter-parameter ketakwaan kita, kita galakkan tadarus, qiyamul lail, shadaqah, dan parameter kebaikan lainnya dengan harapan la’allakum tattaqqun.” Tutupnya. (Fina Dwi)