Dapatkan berita terbaru Cabang Ranting dan Masjid Muhammadiyah di WhatsApp

Q
Logo Lpcr New

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

Muhammadiyah sering dinilai kering akan nilai spiritual. Sehingga hal ini seringkali menjadi celah dan dasar argumen bahwa Muhammadiyah perlu untuk mengkaji kitab-kitab turas. Memang sepertinya itu adalah hal yang baik, karena pengajian adalah ruh Muhammadiyah.

Akan tetapi sebagian kalangan memberikan saran atau bahkan dengan sedikit memaksa agar cabang, ranting dan masjid termasuk organisasi otonom Muhammadiyah mengadakan kajian khusus membahas kitab turas berhaluan tertentu yang dinilai mampu mengisi celah dan kekurangan itu. Padahal kajian-kajian itu berpotensi menghadirkan pemahaman yang bertentangan dengan ideologi persyarikatan.

Di sisi lain, ternyata Muhammadiyah sudah memiliki pandangan tersendiri berkaitan dengan tasawuf. Lantas bagaimana tasawuf ala Muhammadiyah itu ?

Dalam Risalah Islam Berkemajuan, disebutkan di halaman 21 bahwa Muhammadiyah tidak terikat dengan madzhab apapun. Sehingga konsep tasawuf Muhammadiyah adalah tasawuf yang berkemajuan. Tasawuf berkemajuan memiliki orientasi kepada perkembangan zaman dan pengembangan diri serta masyarakat.

Dimana tasawuf yang dianut adalah Tasawuf Akhlaqi (berkaitan dengan akhlak per orang), Ihsani (semangat berbuat baik untuk semua) dan Ijtima’i (amal saleh di tengah masyarakat). Tasawuf ala Muhammadiyah menghadirkan Islam sebagai bentuk kesalehan personal dan kesalehan sosial.

Sehingga tasawuf ala Muhammadiyah tidak terbatas pada masalah ibadah, terlebih lagi menjadikan seseorang cenderung anti-sosial dan menutup diri dari masyarakat dan perkembangan zaman.

Maka kader dan warga persyarikatan memiliki akhlak yang mulia, bersikap baik dan menolong siapapun semampunya, sederhana dan dermawan dan membawa nilai positif bagi semua orang. Sehingga tasawuf ala Muhamamdiyah menjadi lebih sesuai dengan realita dan fleksibel dan berkembang.

Dengan tasawuf ala Muhammadiyah, umat Islam tidak menjadi umat yang berorientasi pada masa lalu, bahkan tenggelam dalam imajinasi sejarah. Justru dengan tasawuf ala Muhammadiyah ini umat Islam optimis menghadapi masa depan dan perkembangan zaman yang selalu dinamis dengan tetap bertumpu atas kemuliaan akhlak.