Ikuti Semarak Lomba CRM Award 2025 | Menangkan Hadiah Total Rp54 Juta!

Q
Logo Lpcr New

Kantor Jogja

Jalan KH. Ahmad Dahlan
No. 103 Yogyakarta 55262

Hubungi Kami

(0274) – 375025
0857 2963 8181 (WA)

LPCR.OR.IDPatuk – TK ABA Patuk, Kulonprogo, menyelenggarakan program edukasi bertajuk parenting positif pada Selasa, 26 Agustus 2025. Kegiatan ini mendapat antusiasme tinggi dari para orang tua murid. Program tersebut diprakarsai oleh mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) jurusan Psikologi yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kalurahan Tirtorahayu, sebagai upaya meningkatkan kesadaran tentang pola asuh penuh kasih.

Kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap kasus perundungan yang kerap terjadi di lingkungan sekolah. Menurut Mayang, salah satu mahasiswa yang memprakarsai program ini, perilaku bullying sering kali berakar dari pola asuh yang keras di rumah. Oleh karena itu, ia bersama tim berinisiatif memperkenalkan konsep parenting positif.

Pada sesi materi, para orang tua mendapat penjelasan tentang konsep parenting positif serta strategi sederhana untuk mempraktikkannya. Salah satu langkah yang ditekankan adalah membiasakan tiga kata kunci, yakni maaf, tolong, dan terima kasih. Ketiga kata tersebut mampu menumbuhkan rasa dihargai dan penghargaan pada diri anak.

Mayang menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan kata-kata sederhana namun bermakna dapat menumbuhkan perasaan dihargai pada anak. Misalnya, pada hal kecil seperti ketika anak membantu membereskan mainan, ucapan terima kasih dari orang tua membuat anak merasa kehadirannya berarti dalam keluarga. Kata-kata tersebut tampak sederhana, tetapi sering kali jarang terucap.

Setelah sesi materi, acara dilanjutkan dengan kegiatan curahan hati. Para ibu diminta menuliskan pesan dan harapan mereka untuk anak masing-masing di secarik kertas. Tulisan tersebut kemudian dibacakan dengan diiringi lagu “Selalu Ada di Nadimu” serta sebuah puisi yang menggambarkan perasaan dari sudut pandang seorang anak. Momen itu membuat suasana semakin haru.

Pesan-pesan yang ditulis orang tua sangat menyentuh hati. Ada yang mendoakan agar anaknya tumbuh menjadi shalih dan pintar, ada pula yang menekankan pentingnya rajin sekolah dan mengaji. Tidak sedikit pula yang menuliskan permintaan maaf karena merasa belum mampu menjadi orang tua yang ideal.

“Maaf ya, Nak. Ibu belum bisa menjadi ibu yang baik untukmu. Marah dan emosi bukan karena ibu tidak sayang, justru rasa sayang ibu tak terbatas untukmu,” demikian salah satu pesan yang dibacakan. Tulisan itu membuat banyak peserta tidak kuasa menahan air mata.

Selain itu, terdapat pula ungkapan terima kasih dari orang tua yang merasa bersyukur atas kehadiran anak dalam hidup mereka. Ada juga yang berjanji untuk berusaha memperbaiki diri agar bisa mendampingi anak dengan lebih sabar dan penuh kasih sayang.

Suasana penuh keakraban semakin terasa ketika para ibu saling berpelukan usai pesan-pesan tersebut dibacakan. Mereka kemudian saling memberikan afirmasi positif satu sama lain, dan berkomitmen untuk mendukung tumbuh kembang anak dengan lebih baik.

Mayang menekankan bahwa parenting positif bukanlah pola asuh yang rumit dan memberatkan. Sebaliknya, pola ini justru sederhana dan dapat dilakukan sehari-hari. Yang terpenting, anak merasa dihargai dan mendapatkan dukungan emosional dari orang tuanya.

Menurutnya, anak yang tumbuh dengan penghargaan dan kasih sayang akan terbiasa meniru perilaku positif tersebut di lingkungannya. Hal ini akan berdampak pada interaksi mereka dengan teman sebaya, yang akhirnya bisa menekan potensi munculnya perundungan di sekolah.

Kegiatan ini berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Seluruh orang tua hadir dan mengikuti rangkaian acara dengan penuh perhatian. Kehadiran mereka juga menjadi bukti bahwa pendidikan anak tidak bisa dilepaskan dari peran aktif keluarga di rumah.

Melalui program ini, pihak penyelenggara berharap para orang tua dapat menerapkan pola asuh yang lebih humanis. Dengan begitu, anak-anak TK ABA Patuk tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tumbuh dengan rasa percaya diri, kasih sayang, dan penghargaan terhadap sesama.

Kegiatan psikoedukasi ini juga menjadi momentum refleksi bersama. Para orang tua belajar bahwa parenting bukan soal kesempurnaan, melainkan soal kehadiran. Anak tidak menuntut orang tua yang serba bisa, mereka hanya ingin ditemani dengan cinta dan kesabaran.

Para orang tua menyampaikan harapan agar anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang. “Kami berharap anak-anak dapat berkembang menjadi pribadi yang tangguh serta mampu menghargai orang lain,” ujar salah satu orang tua.

Kontributor: Ali Muthahari, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Indonesia. Aktif menulis dan melakukan penelitian di bidang pendidikan dan keislaman