Kenyamanan berjamaah di masjid bagi perempuan adalah bila ada tempat shalat khusus perempuan, ada toilet dan tempat wudlu khusus perempuan, ada sarana prasarana penunjang kenyamanan shalat bagi perempuan. Mukena/ rukuh yang bersih dan wangi, tempat yang lapang, nyaman, adem, sound system yang memungkinkan jamaah perempuan mendengar saat takbiratul ikhram diucapkan, aba-aba ruku’, sujud, hingga salam.
Taushiyah atau kultum yang disampaikan di mimbar juga akan terdengar baik oleh jamaah perempuan bila wajah khatib terlihat jelas, suaranya terdengar jelas. Kehadiran layar monitor menjadi penting, termasuk masjid yang dibangun besar dan bertingkat. Kemajuan teknologi semacam inilah yang perlu dicarikan jalan-jalan untuk kemajuan dan kemakmurannya. Perlu dikomunikasikan dan dikoordinasikan oleh semua pihak terkait.
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Siapa yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An-Nahl: 97)
Kebutuhan perempuan untuk beramal salih, meningkatkan keimanannya, merupakan perjuangan mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin. Agar batinnya tenang dan bahagia, suami dan anak-anaknya sehat bahagia dan produktif, lingkungannya masyarakat yang sejahtera lahir batin.
Dalam konteks inilah, penting bagi perempuan untuk merenungkan pesan Adinegoro:
Apabila tiada perjuangan, tidak akan ada kemajuan; tiada kemajuan, tidak akan ada kemerdekaan; tiada kemerdekaan, tidak akan ada kebudayaan.